Menyusuri Jejak Prancis di Tanah Buton

PADDENNUANG.COM, Buton — Negeri Buton di Sulawesi Tenggara, tepatnya di Desa Waindawula, Kecamatan Siompu Timur, Kabupaten Buton Selatan (Busel) Sulawesi Tenggara bisa ditemukan masyarakat yang bermata biru. 

Komunitas masyarakat bermata biru ini bisa dijumpai di antara Pulau Ular dan Pulau Batu Atas, karena Pulau Siompu berada diantara kedua pulau ini. Jika berangkat dari Pelabuhan Topa, Kota Baubau, membutuhkan waktu 40 menit perjalanan laut menggunakan speed boat untuk sampai ke pulau Siompu, menuju ke Pulau ini kita melewati Dua Pulau, antaranya Pulau Kadatua dan Pulau Ular. Setelahnya, barulah Pulau Siompu.

Pulau Siompu Timur merupakan salah satu Kecamatan yang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Buton Selatan (Busel)

Penuturan La Ode Yusri, Peneliti Budaya dan Bahasa Sulawesi Tenggara, Ia ke Pulau Siompu untuk melakukan penelitian kebudayaan dan mengidentifikasi Benteng-Benteng yang ada di sana, dan mengumpulkan data kebahasa an di daerah ini.

“Saya melakukan penelitian bahasa sejak 2006 di wilayah Kota Baubau, Buton, dan Pulau Kadatua. Namun, data yang terkumpul belum maksimal” Ungkap La Ode Yusri.

Dari pengakuan para aktifis di Summer Institute Linguistic (SIL) di Kaimbulawa, salah satu Desa di Siompu Timur, memiliki bahasa yang unik, bahasanya berbeda dengan tiga komunitas masyarakat di daerah ini, seperti masyarakat Molona (Siompu Barat) dan Lapara (Siompu Timur) dengan Kaimbulawa.

Keberadaan komunitas masyarakat bermata Biru di Siompu semakin dikuatkan dengan pengakuan seorang warga yang berniaga ke beberapa pulau di Wilayah Buton.

Dia adalah Umar, pedagang asal Siompu, Ia memasarkan dagangan  hasil hasil bumi dari Siompu ke daerah lain seperti Wakatobi dan pulau lainya di Buton.

Ia mengaku cukup dekat dengan Kepala Desa Waindawula dan warga yang bermata biru ini, Ia menuturkan, Komunitas masyarakat bermata Biru berada di daerah pegunungan yang jauh dari keramaian warga Siompu.

Perkampungan mereka bisa ditemui di Desa Kaimbulawa, akses ke mereka cukup panjang, dengan menggunakan Speed Boat kita berlabuh di Pelabuhan Lapara (ibu kota Kecamatan Siompu Timur) lalu menempuh perjalanan sekitar 9 Km menuju Waindawula melewati  Desa Kaimbulawa. 

Setiba di Desa Kaimbulawa, wilayah Komunitas warga bermata Biru ini, kami menjumpai rumah sederhana di tengah hutan.

Rumah itu milik Dala (50). Pria yang juga seorang guru SD di Desa Waindawula yang nyambi jadi petani. Perawakan Dala mirip orang Eropa, basanya tinggi, rambut pirang, kulit putih, dan matanya memang biru. Begitu pun anaknya Ariska Dala (15), juga memiliki mata biru.

Keluarga ini tidak terlalu terbuka menerima kedatangan orang asing. Mereka terlihat cukup tertutup jika hendak menggali banyak informasi. Namun, saya berusaha mengorek keterangan dari Dala terkait asal muasal keturunan mata biru ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *