Pengakuan Bapak Taufik, untuk sawahnya Ia menghabiskan 200 – 300 Kg lebih bibit Padi siap tebar dan bibit tanam, yang Ia siapakan pada setiap musim tanam, jumlah itu jika dirupiahkan kisaran Rp. 400. 000 – 450.000 / 100 Kg. Jadi untuk 300 Kg kami membutuhkan hingga Rp.1 Juta rupiah untuk pengadaan bibit saja, belum obat obatan bagi padi yang usia tanamnya lebih dari 3 hari usai tanam, tutur Bapak Taufik.
Kondisi serupa banyak dialami Petani di wilayah Bacukiki lainya, Kita berharap pihak Pemerintah mampu mengerti kondisi Petani pasca banjir dan memberikan keringanan untuk bantuan bibit bagi Petani.
“Kita berharap Pemerintah bisa mengerti kondisi kami, Petani yang tertimpa banjir, padinya terendam dan itu dipastikan kerugian, kita berharap ada kepedulian dari Pemerintah terkait apa yang menimpa kami” harapnya.
Diketahui wilayah Bacukiki merupakan daerah Pertanian produktif di Parepare, hamparan sawah produktif terbagi di beberapa Wilayah Keluarahan, antaranya Watang Bacukiki, Lemoe, Lompoe, Galung Maloang dan sebagian di Kelurahan Lumpue. (**)