Menparekraf mengatakan keberadaan patung ini tidak hanya sebagai objek wisata religi, tapi juga simbol kebhinekaan budaya dan agama di tanah air.
“Sekarang tugas saya adalah membawa dunia ke Toraja karena jika kita sudah labeli ini sebagai yang tertinggi di dunia, berarti ini adalah destinasi yang sangat layak dikunjungi wisatawan mancanegara,” kata Sandiaga.
Salah satu langkah yang akan dilakukan, tahun depan Kemenparekraf bersama stakeholder pariwisata di Sulawesi Selatan, dan Tana Toraja pada khususnya akan menggelar konferensi internasional. Pada tahun 1974, Pacific Asia Travel Assosiation (PATA) menggelar konferensinya di Toraja. Sejak saat itu banyak wisatawan mancanegara yang datang, bahkan menjadikan Toraja sebagai destinasi kedua yang paling diminati wisatawan setelah Bali.
“Kita harapkan nantinya juga terjadi letupan dan loncatan dengan bingkai pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan di Tana Toraja. Mudah-mudahan dapat membangkitkan ekonomi dengan terbukanya lapangan kerja,” kata Sandiaga.(**)