Dalam petuahnya, Ifa mengatakan 23 tahun dari sekarang warga Indonesia maupun Jabar akan dipertemukan dengan 100 tahun kemerdekaan dan Hari Jadi Jabar ke -100. Melalui Ketuk Tilu memiliki makna agar generasi saat ini turut mempersiapkan masa depan Indonesia dan Jabar.
“Bagaimana kalau anak cucu kita tidak bisa menyaksikan indahnya tatar Priangan yang teduh dan lindung. Jangan sampai mereka merasakan Jabar nu hareudang (gerah) karena kerusakan alam dan adanya kehidupan yang tidak rukun sesama warganya,” ucap dia.
Untuk mengantisipasi hal itu, kata dia, semua perlu kembali pada kearifan lokal dengan saling mengingatkan dalam kebaikan. Dengan demikian, kebudayaan Jabar akan terjaga.
“Tong nepi pareum obor kusabab leungit adat adab karuhun (jangan sampai obor semangat padam karena tidak menerapkan adat dan adab nenek moyang),”ucapnya.
Ifa pun berpesan agar warga Jabar bersyukur hidup di Jabar yang memiliki kekayaan alam melimpah. Dengan demikian, kekayaan alam tersebut perlu dijaga dan dilestarikan.
“Kaduhung mah engke, teu meunang nyapirakeun eta benteng terakhir ngajaga lemah cai,”ucapnya.
Menurut dia, itulah yang menjadi semangat Ketuk Tilu yang menunjukkan semangat mengembalikan budaya lokal dan kerukunan antar warga.(*)